Sabtu, 23 November 2024

Daftar Perusahaan Bisnis Tes PCR di Indonesia Libatkan Yayasan, Pejabat, Hingga Pengusaha

Jumat, 4 Februari 2022 15:6

Ilustrasi tes PCR (Foto: Ist)

POPNEWS.ID - Daftar perusahaan bisnis tes Polymerase Chain Reaction atau PCR di Indonesia libatkan tokoh politik, yayasan, hingga konglomerat.

Nama-nama yang ada di ranah bisnis Tes PCR itu sudah kerap didengar publik.

Eksistensinya di dalam dunia bisnis juga memiliki tapak lacak panjang.

Bisnis tes PCR ini mengemuka sejak pandemi Covid-19 merebak, baik di dunia maupun di Indonesia.

Bisnis ini menjamur di tengah pandemi Covid-19. Perusahaan penyedia tes PCR ini meraup keuntungan yang tak sedikit.

Kebutuhannya bukan hanya untuk memenuhi kewajiban pemerintah untuk uji kesehatan masyarakat.


Pemkot Samarinda ucapkan Selamat Tahun Baru Imlek 2022

Namun beberapa di antaranya tes PCR digunakan untuk pelbagai syarat aktivitas masyarakat.

Akibatnya, tak akan ada tawar menawar harga tes PCR sebagaimana pasar pada umumnya berlaku.

Pemerintah lalu mematok harga tes PCR. Penetapan harga eceran di kisaran Rp275.000 hingga Rp300.000.

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) meminta rumah sakit hingga laboratorium swasta untuk mengefisienkan komponen biaya pemeriksaan PCR Covid-19 akhir Oktober 2021 lalu.

Penurunan harga tes PCR itu dilakukan melalui Surat Edaran Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan nomor HK.02.02/1/3843/2021 tentang Batas Tarif Tertinggi Pemeriksaan RT-PCR, dan mulai berlaku Rabu (27/10/2021).

“Dari hasil evaluasi, kami sepakati bahwa batas tarif tertinggi pemeriksaan RT-PCR diturunkan menjadi Rp. 275 Ribu untuk pulau Jawa dan Bali, serta sebesar Rp.300 ribu untuk luar pulau Jawa dan Bali,” ujar Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Prof. dr. Abdul Kadir,Ph.D,Sp.THT-KL(K), MARS melalui laman sehatnegeriku.

Tetapi penguasaan perdagangan Tes PCR pun menjadi sorotan karena hanya milik sejumlah pihak.

Skema besar perusahaan perdagangan alat usap tes PCR ini ada dua.

1. Perusahaan yang berkongsi dengan pemerintah

Dari laporan Katadata, 11 November 2021 lalu, ada beberapa perusahaan besar yang menjalankan bisnis melalui skema kerja sama dengan pemerintah.

1. PT Daya Dinamika Sarana Medika (DDSM)

DDSM semula kepunyaan Yayasan Dompet Dhuafa. Entitas bisnis ini kemudian berdiri bisnis sendiri.

Sejak awal pandemi Covid-19 pada Maret 2020 pemerintah minta kepada DDSM agar membantu test sampel Covid-19.

Direktur Business Development DDSM, Wahyu Prabowo akui klien mereka lebih banyak dari kalangan pemerintah. Mereka juga terima sampel dari puskesmas-puskesmas.

Dari penjelasan Wahyu, ketika terjadi lonjakan kasus Covid-19 akhir 2020, DDSM terima sampel mencapai 65 ribu per hari dari pemerintah.

Jumlah tes sampel yang dikirim menyusut seiring dengan penurunan kasus Covid-19. Kini, DDSM menerima permintaan uji sampel sekitar 4.500 per hari.

"Bagi kami mengambil untung Rp45 ribu juga sudah alhamdulilah. Kuota kami besar, jadi tetap untung," kata Wahyu.

Dari bisnis tes PCR, DSDM mampu punya 7 laboratorium dari awalnya hanya 1 laboratorium.

2. PT Genomik Solidaritas Indonesia (GSI)

Masih dari keterangan Wahyu Prabowo, ada perusahaan lain yang bergerak di perdagangan tes PCR yang berkongsi dengan pemerintah.

Perusahaan tes PCR itu adalah PT GSI. GSI sempat menuai sorotan publik karena beberapa nama di dalamnya punya kaitan dengan dua pejabat pemerintah.

Pejabat pemerintah itu adalah Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, dan Menteri BUMN, Erick Thohir.

Menteri Luhut dan Menteri Erick membantah keras jika mereka mengambil keuntungan dari bisnis tes PCR.

Bantahan itu tentang adanya hubungan PT GSI yang dirintis perusahaan yang punya hubungan terkait dengan mereka yakni PT Adaro Energy dan PT Toba Bumi Energi.

Staf Khusus Menteri BUMN, Arya Sinulingga pernah jelaskan, dari jumlah total tes PCR yang mencapai 28,4 juta, PT GSI hanya melakukan tes sebanyak 700 ribu.

"Jadi kalau dikatakan bermain, kan lucu ya, 2,5% gitu. Kalau mencapai 30%, 50% itu oke lah bisa dikatakan bahwa GSI ini ada bermain-main," ujar Arya Sinulingga seperti dinyatakan Katadata.

Arya Sinulingga jelaskan bahwa Yayasan Adaro yang dikaitkan dengan Erick Thohir hanya memegang saham 6% di GSI.

Dengan saham 6%, menurut Arya Sinulingga, peran Yayasan Adaro di tes PCR kecil.

Arya katakan juga bahwa Erick Thohir tidak berurusan dengan bisnis dan yayasan sejak menjabat menteri kabinet Jokowi.

2. Perusahaan mandiri tes PCR layanan umum

Masih dari laporan Katadata, beberapa perusahaan besar tes PCR yang menyasar kalangan umum.

Perusahaan-perusahaan ini bergerak sendiri untuk mengadakan layanan tes PCR kepada masyarakat tanpa campur tangan pemerintah.

Perusahaan itu antara lain:

1. SwabAja

Satu perusahaan yang menggarap tes PCR adalah SwabAja. SwabAja berada di bawah naungan PT PT Satu Laboratika Utama.

Perusahaan ini didirikan Erwin Aksa, Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin).

Hingga 2021 lalu, dari laporan Katadata, SwabAja punya 33 outlet tes PCR. Lokasinya tersebar dari Jakarta, Makassar, Batam, Bali, Yogyakarta, Surabaya, hingga Semarang.

Menurut Erwin Aksa, pendirian perusahaan SwabAja karena adanya kebutuhan tes internal Grup Bosowa milik ayahnya, Aksa Mahmud.

“Kami memiliki ribuan karyawan yang tersebar di berbagai daerah. Kami membutuhkan screening tes PCR karyawan itu tiap minggu,” begitu Erwin Aksa jelaskan kepada Katadata.co.id.

Dari kebutuhan internal itu, Erwin Aksa melihat adanya peluang bisnis tes PCR. Pasalnya, saat itu jumlah pemeriksaan dan fasilitas tes PCR masih sedikit.

Di sisi lain, menurut Erwin Aksa, kebutuhan tes PCR masyarakat melonjak. Kemudian SwabAja memperluas jangkauan usahanya di beberapa kota besar di Indonesia agar bisa mendeteksi di seluruh daerah.

Erwin juga yakin kebutuhan PCR tak akan berkurang meski pandemi tengah surut.

Tes PCR akan tetap dibutuhkan untuk mendeteksi pelbagai penyakit, seperti Tuberkulosis hingga kanker. Tes PCR juga bisa dipakai untuk industri makanan dan minuman halal dalam memeriksa DNA babi.

"Jadi bisa multipurpose,” kata Erwin Aksa.

2. Bumame Farmasi

Perusahaan yang berbisnis tes PCR lainnya adalalah Bumame Farmasi. Perusahaan tes PCR ini ada di bawah naungan (PT Budimanmaju Megah Farmasi).

Buname Farmasi diketahui punya 41 gerai. Lokasinya tersebar di Jabodetabek, Bandung, Surabaya, Malang, Palembang, Yogyakarta dan Bali.

Saham PT Budimanmaju Farmasi dominan milik PT Bumame Jakarta Indonesia, milik pengusaha Jack Budiman.

3. Smartcolab

Smartcolab berdiri oleh pengusaha HIPMI, Sari Pramono. Smartcolab menggandeng artis/pengusaha, Ruben Onsu.

Smatcolab sediakan jasa tes PCR dari rumah atau Home Service. Harga tes PCR yang ditawarkan Smartcolab mencapai Rp465 ribu per tes per orang.

Smartcolab tercatat punya 20 laboratorium.

Satu laboratoriumnya ada di Induk Koperasi Kepolisian Negara Republik Indonesia (INKOPPOL) Manggarai, Jakarta. Inkoppol adalah koperasi sekunder tingkat nasional yang dikelola oleh pihak kepolisian.

4. Quicktest

Quicktest merupakan nama brand laboratorium untuk usaha PT Quicktest Laboratorium Indonesia. Perusahaan ini dimiliki Avisha Group.

Pemiliknya adalah Irawati Muklas. Irawati Muklas membangun Avisha Group di 2002 sejak berusia 26 tahun.

Avisha Group mengelola perusahaan bidang sumber daya manusia dan tenaga alih daya (outsourcing). Namun, ketika pandemi Covid-19, bisnis Avisha beralih ke tes PCR dan melihat peluang baru.

Pada 18 Februari 2021, Irawati Muklas bekerja sama dengan dokter Haekal Anshari membangun lini bisnis layanan kesehatan.

Lini usaha baru itu menggunakan bendera PT Quicktest Laboratorium Indonesia yang berbasis di Tebet, Jakarta Selatan.

Situs perusahaan sebutkan bahwa perusahaan menyediakan layanan swab PCR, swab antigen, rapid test, dan tes isothermal.

Brand Quicktest berkembang pesat dalam hitungan bulan.

Hingga 2021 lalu, Quicktest punya 28 cabang di kawasan di Jabodetabek.

Quicktest tetapkan harga Rp700.000 untuk swab PCR dengan hasil 24 jam dan Rp180.000 untuk swab antigen.

Irawati katakan, kala itu Quicktest bisa melayani lebih dari 500 sampel per hari.

“Selain masyarakat umum, segmen pasar yang dibidik Quicktest adalah klaster perkantoran,” ujar Irawati, Maret 2021 melalui Antara.

Irawati sampaikan, pangsa pasar Quicktest terus berkembang. Hingga Juli 2021, Quicktest telah memiliki 20 cabang di Jabodetabek.

Laboratorium klinik yang berdekatan dengan lokasi perkantoran memberikan keuntungan tersendiri.

Quicktest bisa melayani sekitar 3.000 pelanggan per hari. Juni 2021, sistem komputer Quicktest sempat down karena banyaknya permintaan tes.

Siapa Irawati Muklas

Pengusaha muda Irawati Muklas masuk Tim Pemenangan Joko Widodo Ma'ruf Amin dalam Pemilihan Presiden 2019. Tergabung dalam Relawan Pengusaha Muda Nasional (Repnas) dia mendukung Joko Widodo-Ma’ruf Amin.

5. Kalgen Innolab

Kalgen Inolab adalah merek dagang usaha dari PT Innolab Sains Internasional. Tercatat dari situs resminya, Kalgen Innolab merupakan join investasi asing pertama di bidang laboratorium klinik sebagai anak perusahaan PT Kalbe Farma Tbk (Kalbe).

Kerja sama ini antara Indonesia dan Jepang atas persetujuan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia sesuai Peraturan Menteri Kesehatan nomor 411/MENKES/PER/III/2010 tentang Laboratorium Klinik.

PT Innolab Sains Internasional merupakan perusahaan Joint Venture antara PT Kalbio Global Medika (anak perusahaan Kalbe) dengan Toyota Tsusho Corporation (TTC) dan Health Science Research Institute, Inc. (HSRI), atau ‘Hoken Kagaku’ dalam bahasa Jepang.

Kalgen Innolab punya 7 cabang dengan pemilik Denni Mappa dan Titi Rusdi. Lokasinya ada di Jabodetabek.

6. Intibios Lab Klinik dan Farmasi

Intibios didirikan Enggartiasto Lukita. Enggartiasto Lukita diketahui pernah menjabat sebagai Menteri Perdagangan RI di era Jokowi-Jusuf Kalla mulai 2016-2019.

Kini Intibios memiliki 35 cabang yang tersebar di Jabodetabek, Bali, Karawang, Semarang, Cirebon Bandung, Yogyakarta, Lampung, Bogor, dan Surabaya. (Redaksi)

Baca berita kami lainnya di
Tag berita:
Berita terkait
POPentertainment