Minggu, 24 November 2024

Kabar Trending

Bukan Fiksi, Sepak Terjang Assassin, Pembunuh dari Lembah Alamut yang Melegenda

Kamis, 9 Mei 2024 17:39

Ilustrasi Assassin

POPNEWS.ID - Jika mendengar kata Assassin tentu benak kita akan langsung mengarah pada pembunuh bayaran.

Assasin bukan kisah fiktif, melainkan sekelompok pembunuh terampil dari Lembah Alamut yang kini disebut Iran.

Pada abad ke-11 sampai 13 silam, kelompok yang digambarkan kerap melakukannya dan menciptakan teror bagi musuhnya adalah kelompok Assassin.

Para Assassin kerap dianggap sebagai militan yang sangat patuh pada pemimpin dan siap menjalankan misi pembunuhan terhadap musuh-musuhnya. 

Ketika berhasil menjalankan misi pembunuhan, mereka sadar tidak akan bisa lepas begitu saja karena segera ditangkap dan kemudian dibunuh atau disiksa sampai mati. 

Bagi para militan ini, usaha meloloskan diri adalah suatu perbuatan memalukan.

Menurut Salam Abdulqadir Abdulrahman—peneliti politik dari University of Human Development Irak, kelompok Assassin dan pengebom bunuh diri modern memiliki satu titik persamaan. 

Abdulrahman dalam artikel ilmiah "The Assassins: Ancestors of Modern Muslim Suicide Bombers?" (2016) menyebut, keduanya sama-sama diyakinkan bahwa aksinya itu diganjar surga setelah kematian. 

Para Assassin menginginkan kematian untuk dirinya sendiri ketika menjalankan misi.

Assassin memilih target operasi pembunuhan dengan spesifik. 

Seringkali dari kalangan elite, misalnya sultan, panglima militer, tokoh masyarakat, hakim, hingga para penentang dan penghasut. 

Meski para Assassin memiliki persenjataan lengkap, seperti busur dan panah, pedang, dan lainnya, senjata andalan mereka untuk membunuh adalah belati.

Inilah yang membedakan Assassin dari para pengebom bunuh diri saat ini. 

Pengebom bunuh diri memakai bahan peledak di tubuhnya dan meledakkannya di kerumunan orang untuk memaksimalkan jumlah korban.

Assassin yang dimaksud adalah kelompok militan dari Nizari Ismaili—bagian dari Syiah Ismailiyah—yang eksis pada kurun 1090-1275. 

Eksistensi mereka hancur saat Mongol menginvasi Persia.

Kelompok Nizari Ismaili bermarkas di Puri Alamut yang berlokasi di Pegunungan Elburz, Iran bagian utara. 

Kelompok ini didirikan oleh Hassan al-Sabbah asal Qom, Iran

Dia adalah teolog sekaligus imam kelompok Nizari Ismaili sampai kematiannya pada 1124.

Bernard Lewis dalam bukunya Assasin: Kaum Pembunuh dari Lembah Alamut (2009) menyebut, Hassan menguasai puri berbenteng itu dengan metode dakwah. 

Sebeum itu, dia sudah membangun basis pengikut di sekitar Alamut. 

Kala pengaruhnya cukup kuat, Hassan menyuruh pemilik puri itu pergi dengan memberinya uang sebesar 3.000 dinar—nominal yang cukup besar pada masa itu.

Sejak 1090, Hassan menjadi penguasa atas puri yang sebelumnya masuk dalam wilayah Kesultanan Seljuq yang berhaluan Sunni. 

Pasukan Hassan kemudian merebut puri-puri lain di sekitarnya dan membentuk semacam “negara” kecil Nizari Ismaili.

Seturut catatan sejarawan Persia era Mongol Rasyiduddin, Hassan menghabiskan sisa hidupnya di Puri Alamut dengan membaca buku, menulis risalah dakwah, serta menjalankan pola hidup zuhud dan saleh.

Salah satu korban kelompok ini yang terkenal adalah Nizam al-Mulk. 

Perdana Menteri Kesultanan Seljuk itu tewas ditikam seorang militanyang menyamar sebagai sufi pada 1092. 

Sejak itu, kelompok militan Nizari Ismaili makin diperhitungkan dan membuat banyak pemimpin-pemimpin musuhnya mengencangkan pengamanan pribadi.

Pada April 1192, setelah belati kaum Nizari Ismaili menumbangkan sejumlah pangeran dan pejabat muslim, giliran Tentara Salib yang jadi sasarannya.

Kala itu, bangsawan Italia dan komandan crusader Conrad of Montferrat tengah mempersiapkan penobatannya sebagai Raja Yerusalem di Tirus. 

Di saat berjalan menyusuri jalan sempit di kota, dia disergap dua orang militan dan ditikam hingga tewas.

Pembunuhan tersebut meninggalkan kesan mendalam di benak para crusader dan Conrad of Montferrat bukanlah korban terakhir. 

Sejumlah besar kronik Eropa dari Abad Pertengahan hampir selalu mengidentifikasi kelompok Nizari Ismaili sebagai aliran yang menakutkan.

Pemimpinnya dituduh punya kekuatan sihir, pemakan babi, menikahi saudara perempuan, dan prasangka buruk lainnya.

Pada Abad Pertengahan itu, kelompok Nizari Ismaili perlahan mendapat julukan legendaris: Assassin.

Sebutan Assassin kemudian jadi makin lazim dalam bahasa-bahasa Eropa. 

Ia digunakan untuk menyebut orang-orang yang melakukan pembunuhan untuk tujuan politik atau uang. Sebutan iniditengarai sebagai cara untuk mendiskreditkan kelompok Nizari Ismaili.

Sejak pertengahan abad ke-19, kaum Assassin dengan aksinya yang melegenda itu menghilang dari catatan sejarah. 

Radio publik internasional The World mencatat, kelompok Nizari Ismaili modern setidaknya memiliki 15 juta pengikut.

Kepemimpinannya kini dipegang oleh Pangeran Karim Aga Khan IV yang mengaku masih keturunan Nabi Muhammad. 

Sosoknya jauh dari anggapan lawas tentang pemimpin sekte yang menakutkan. 

Aga Khan IV adalah seorang miliarder, sekuler, sekaligus filantropis yang suka membangun kampus-kampus di tempat terpencil. (*)

 

Baca berita kami lainnya di
Tag berita:
POPentertainment