POPNEWS.ID - Sutradara Avatar The Way of Water, James Cameron, sempat mengungkapkan bahwa salah satu inspirasi filmnya itu memang berasal dari Indonesia.
Melalui wawancaranya di saluran YouTube National Geographic, Cameron mengaku bahwa sejak kecil dia memiliki hubungan istimewa dengan keindahan laut.
Bahkan, selama beberapa dekade, dia pernah mengeksplorasi panorama laut.
Menurut dia, ada satu keterkaitan antara Pandora (planet yang ada di film Avatar) dan Bumi, yakni terumbu karang.
"The most obvious relationship is coral reefs and tropical atoll formations especially in the central and western Pacific (Hubungan yang paling jelas adalah terumbu karang dan formasi tropis terutama di Pasifik tengah dan barat)," jelas dia.
Faktanya, sekitar 25 persen kehidupan ikan di laut memang bergantung pada terumbu karang.
Tak hanya menyuguhkan keindahan laut, Cameron juga melakukan riset yang cukup panjang untuk menghadirkan budaya di film sekuel Avatar ini.
Seperti diketahui, di dalam film, Jack Sully memutuskan untuk memboyong keluarganya menemui suku Metkayina yang merupakan penguasa lautan.
Suku tersebut memiliki tato di beberapa bagian tubuhnya. Selain itu, mereka juga tinggal di tepi pantai yang disebut Desa Awa'atlu.
"Mereka adalah orang-orang laut di Indonesia yang tinggal di rumah panggung dan hidup di atas rakit dan sebagainya)," kata Cameron.
Cameron juga mengaku terinspirasi dari budaya Polinesia untuk menciptakan karakter dari suku Metkayina.
Dilansir dari Indonesia.go.id, suku Bajo terkenal dengan kehebatannya menjelajahi lautan.
Masyarakatnya bahkan bisa menyelam hingga kedalaman 70 meter di bawah permukaan laut hanya dengan satu kali tarikan napas.
Dulunya, orang-orang suku Bajo terbiasa hidup di atas perahunya atau sering disebut nomaden.
Namun, saat ini banyak orang Bajo membangun rumah di atas laut dangkal sebagai tempat tinggal.
Tak hanya berada di Indonesia, suku Bajo juga tersebar di lautan Malaysia, Filipina, dan Thailand.
Di Indonesia, mereka tersebar di Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan wilayah Indonesia bagian timur lainnya.
Berdasarkan sejarahnya, suku ini berasal dari Kepulauan Sulu di Filipina selatan yang hidup di lautan lepas dan masuk ke Indonesia.
Kehebatan Suku Bajo dalam mengarungi laut membuat banyak ilmuwan dunia tertarik untuk membuat penelitian.
Salah satunya adalah sekelompok ilmuwan dari University of Copenhagen dan University of California di Berkeley yang mencoba menguak misteri asal-usul kehebatan suku Bajo yang bermukim di Indonesia.
Hasil penelitian menyebutkan, limpa orang-orang suku Bajo ternyata lebih besar 50 persen dibandingkan manusia biasa pada umumnya.
Oleh sebab itu, produksi oksigen di dalam darah orang Bajo akan lebih banyak.
Peneliti juga menyebutkan, keahlian orang Suku Bajo merupakan bentuk dari terjadinya mutasi gen akibat seleksi alam.
Hampir semua orang Bajo diketahui terlahir dengan perbedaan gen tersebut. (*)