POPNEWS.ID - Bisnis bermodalkan nama besar atau popularitas kadang bisa menuai sukses secara instan.
Namun, belum tentu bisnis tersebut bisa berjalan lama.
Seperti halnya beberapa lini bisnis yang dilakoni putra bungsu Presiden Jokowi, Kaesang Pangarep dan artis Raffi Ahmad.
Ada 4 bisnis kuliner Kaesang dan 7 bisnis Raffi Ahmad yang gulung tikar.
Di antaranya, Ternakopi berupa produk kopi yang aman untuk penderita asam lambung, Goola berupa produk minuman tradisional yang dikemas lebih modern.
Madhang, aplikasi penghubung antara ibu-ibu jago masak dengan pembeli dan Siapmas berupa produk minuman dan makanan ringan.
Sementara itu, 7 bisnis Raffi Ahmad dikabarkan gulung tikar dan tutup permanen.
Ketujuh bisnis tersebut adalah Mango Bomb yang sempat populer sekitar tahun 2017, Gigiet Cake yang muncul sekitar 2018-2019.
Nagitoz, Bakmi RN, dan Kingkong juga turut hilang dari peredaran.
Kemudian ada RA Jeans dan RANS Nusantara yang bergerak dalam bisnis mebel.
Kegagalan keduanya menjadi bukti bahwa popularitas tidak menjamin kesuksesan dalam berbisnis.
Dalam menjalankan bisnis pasti ada pasang surutnya.
Tidak hanya modal, dibutuhkan juga strategi yang matang agar bisnis tetap bertahan dan terus berkembang.
Pakar Marketing dan Managing Partner Inventure Yuswohady menilai sebagian besar bisnis artis hanya fomo atau mengikuti tren saja.
Menurutnya, banyak artis yang mengikuti tren bisnis sebagai tempelan dan menaikkan popularitasnya.
"Artis ini kebanyakan bisnisnya yang hype seperti yang lagi hype resto apa atau makanan apa.
Dulu grepek, sekarang geprek udah nggak begitu populer, ambil yang lain lagi.
Nyari terus dari satu bisnis ke bisnis berikutnya.
Dari satu hype ke hype berikutnya. Akhirnya, enggak akan pernah sustain," ujarnya, Minggu (17/9/2023).
Yuswohady mengatakan tidak semua artis mempunyai sifat businessman.
Dalam berbisnis juga dibutuhkan kemampuan mengelola bisnis tersebut.
"Dia harus punya skill atau kompetensi. Misal punya bisnis resto mulai dari supply chain, pembelian barang, bagaimana menyusun, menu bagaimana marketing, bagaimana treat karyawan biar enggak keluar-keluar ada ilmu, butuh skill," katanya.
Selain kompetensi, Yuswohady menilai kualitas seorang pengusaha kualitas seorang pengusaha dilihat dari ketekunan berbisnis dalam jangka waktu yang panjang dan tidak menyerah saat bisnis dalam di ujung ambang kebangkrutan.
"Kedua, ketekunan. Kadang-kadang dia belum punya skill, tapi dia tekuni terus akhirnya skill terakuisisi gitu.
Bisnis itu kuncinya ketekunan. Kualitas seorang entrepreneur itu ketekunan dalam waktu yang panjang, bukan cuma tiga bulan, enam bulan, setahun.
Skill-nya jago pun kalau nggak istiqomah, nggak kerja keras, enggak tekun dalam jangka panjang, maka bisnis juga akan luruh, akan menguap," jelasnya.
Menurut Yuswohady, popularitas artis memang menjadi faktor pendukung dalam menjalankan sebuah bisnis.
Namun, ada beberapa faktor jauh yang lebih penting agar konsumen tertarik, yakni kualitas produk, inovasi produk, dan kepuasaan konsumen.
"Jadi, sebenarnya pengaruh dari artis yang brand-nya kuat bukan faktor yang terpenting. Yang terpenting adalah product quality, product innovation, di layanannya.
Beli bukan karena melulu artisnya apalagi artisnya udah lalu. Jadi kuncinya tetap di produk," tuturnya. (*)