POPNEWS.ID - Sanksi bertubi-tubi dijatuhkan berbagai negara kepada Rusia karena menginvasi Ukraina.
Sanksi di bidang ekonomi, olahraga hingga teknologi dijatuhkan kepada negara yang dipimpin Vladimir Putin, tersebut.
Tak hanya negara, perusahaan teknologi seperti Facebook dan Twitter ikut pula memberi sanksi kepada Rusia.
Beberapa waktu lalu, Facebook memblokir media yang disponsori pemerintah Rusia.
Diantaranya Sputnik dan Russia Today (RT), untuk menjalankan iklan dan monetisasi di platform-nya.
Langkah ini diambil pasca-invasi Rusia ke Ukraina akhir Februari lalu.
Hal yang sama juga dilakukan oleh perushaaan mikroblogging Twitter.
Aksi pembatasan oleh beberapa perusahaan teknologi tersebut tampaknya membuat Rusia geram.
Kini, Rusia berbalik untuk memblokir akses Facebook dan Twitter di Negeri Beruang Merah.
Pengawas media Rusia, Roskomnadzor mengumumkan pada Jumat (4/3/2022) bahwa pihaknya telah memblokir akses ke kedua platform tersebut.
Menurut Roskomnadzor, penangguhan itu merupakan upaya balasan kepada Facebook dan Twitter yang telah memblokir akses media pemerintah milik Rusia.
Roskomnadzor menuding Facebook bersikap "diskrimintif", sekaligus menyinggung soal 26 kasus "diskriminasi" terhadap media Rusia sejak bulan Oktober 2020.
Roskomnadzor mengatakan, pembatasan yang dilakukan Facebook mencederai "hak dan kebebasan warga negara Rusia".
Akibat pemblokiran ini, warga Rusia kesulitan untuk mengakses kedua media sosial populer tersebut, mengakibatkan putusnya salah satu sumber informasi yang datang dari luar Rusia.
President Global Affairs Meta (induk perusahaan Facebook), Nick Clegg mengatakan pihaknya tengah berupaya untuk segera mengembalikan layanan Facebook bagi warga Rusia.
Clegg juga menyampaikan bahwa pihaknya memblokir akses dan tak lagi akan menampilkan iklan dari Rusia.
Kebijakan ini, menurut Clegg, berlaku secara global termasuk di negara Rusia.
"Sesaat lagi, jutaan warga Rusia akan kesulitan mengakses informasi, kehilangan cara untuk berhubungan dengan keluarga dan teman-teman, serta mendapat pembungkaman," kata Clegg.
"Kami akan terus mengupayakan apapun demi layanan kembali pulih, sehingga layanan kami kembali tersedia bagi orang-orang untuk berekspresi secara aman dan terjamin," imbuhnya.
Clegg menambahkan, lantaran operasional layanan Facebook tersendat, maka iklan yang ditujukan bagi pengguna di Rusia akan ditangguhkan sementara.
Pengiklan Rusia pun tidak lagi bisa membuat atau menjalankan iklan secara global.
Pemblokiran Twitter di Rusia justri diungkap oleh Wakil Perdana Menteri Ukraina Mykhailo Fedorov melalui sebuah postingan di Telegram dengan bahasa Ukraina.
Dilaporkan CBS News, perwakilan Twitter mengaku mengetahui pemblokiran ini, namun Twitter mengeklaim saat ini tidak melihat perbedaan signifikan akibat pemblokiran.
Menurut perusahaan riset dan keamanan Top 10 VPN, sejak Rusia invasi ke Ukraina, ada lebih dari 5.000 yang masuk daftar "penolakan".
Dihimpun KompasTekno dari CBS News, Minggu (6/3/2022), langkah blokir yang digaungkan Rusia juga berimbas pada sejumlah situs media asing seperti BBC, Voice of America, Radio Free Europe/Radio Liberty, Deutsche Welle dan media lainnya.
Kebijakan Facebook dan Twitter Sebelumnya
Perusahaan teknologi telah berbondong-bondong membatasi media yang disponsori pemerintah Rusia, seperti Sputnik dan RT News.
Facebook telah memblokir media yang didukung pemerintah Rusia untuk menjalankan iklan dan monetisasi di platform-nya.
Senada dengan Facebook, Twitter ikut membatasi peredaran iklan dari Rusia pasca-invasi ke Ukraina.
Tidak hanya diberlakukan di Rusia saja, Twitter juga memblokir iklan di Ukraina, demi memastikan visibilitas informasi keselamatan publik.
Twitter menangguhkan beberapa rekomendasi tweet dari orang-orang yang tidak memiliki banyak pengikut hingga linimasa yang mengarahkan pengguna ke Moment Twitter yang menyertakan informasi keamanan digital.
Perusahaan juga mengatakan pihaknya secara proaktif memonitor twit agar dapat mendeteksi praktik manipulasi platform-nya. (*)
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS