
POPNEWS.ID — Aktris Acha Septriasa mengaku tak kuasa menahan haru ketika harus mengucapkan kalimat syahadat dalam salah satu adegan film terbarunya berjudul Air Mata Mualaf, yang akan tayang serentak di bioskop pada 27 November 2025.
Momen tersebut, kata Acha, menjadi salah satu pengalaman paling spiritual sekaligus emosional sepanjang kariernya di dunia akting.
Meski telah berakting di berbagai genre, film ini menurutnya memberi pengalaman batin yang berbeda.
“Yang membuat terharu adalah adegan ketika saya harus mengucapkan kalimat syahadat. Saat itu dada saya sampai sesak, ada perasaan yang sulit dijelaskan,” ujar Acha dalam keterangan resminya di Jakarta, Selasa (3/11).
Acha mengaku bahwa meskipun adegan tersebut hanya bagian dari peran, kalimat yang ia ucapkan terasa begitu dalam dan menyentuh hati.
“Entah kenapa, saat itu saya merasa benar-benar tersentuh. Mungkin karena konteksnya bukan sekadar akting, tapi tentang perjalanan seseorang menemukan keyakinan,” ujarnya.
Rindu Suara Adzan di Negeri Orang
Acha juga menuturkan bahwa selama menjalani hidup di luar negeri, ia sering merasa rindu dengan suasana religius di Indonesia, terutama suara adzan yang berkumandang di setiap waktu salat.
“Yang membuat saya makin terenyuh adalah kerinduan mendengar adzan. Di luar negeri tidak sama dengan di Indonesia, karena tidak semua tempat punya masjid atau surau,” ungkap Acha.
Kerinduan itu pula yang ia bawa ke dalam karakter Anggie, tokoh utama dalam Air Mata Mualaf.
“Saya jadi lebih relate dengan karakter ini. Rasa rindu saya mendengar adzan saya tuangkan lewat Anggie. Makanya film ini terasa sangat personal bagi saya,” tambahnya.
Bagi Acha, Air Mata Mualaf bukan sekadar proyek film, melainkan perjalanan emosional yang membuatnya merenungi kembali makna keimanan dan keluarga.
Ia bahkan menyebut film ini sebagai salah satu proyek paling menyentuh sepanjang kariernya.
Kisah Tentang Pencarian dan Penerimaan
Disutradarai oleh Indra Gunawan, film Air Mata Mualaf mengangkat tema tentang kemanusiaan, cinta, dan penerimaan.
Film ini terinspirasi dari kisah nyata seorang wanita Indonesia di Australia yang menemukan hidayah di tengah kehidupan yang kelam.
“Film ini bukan semata-mata tentang agama, tetapi tentang bagaimana seseorang menemukan cahaya di tengah kegelapan hidupnya. Kami ingin menonjolkan sisi kemanusiaan dan penerimaan keluarga,” jelas Indra Gunawan.
Dalam film tersebut, Acha memerankan Anggie, seorang wanita Indonesia yang tinggal di Sydney, Australia.
Ia mengalami kekerasan dari kekasihnya, Ethan (Matt Williams), yang membuat hidupnya terpuruk.
Dalam situasi itu, Anggie diselamatkan oleh Fatimah (Hana Saraswati), seorang pengurus masjid yang kemudian memperkenalkannya pada Islam.
Namun, keputusan Anggie untuk memeluk agama baru justru menimbulkan konflik dan penolakan dari keluarganya di Indonesia.
“Konflik batin Anggie sangat kompleks — antara rasa kehilangan, cinta, dan kebutuhan untuk diterima. Kami ingin penonton ikut merasakan pergulatan itu,” tambah sang sutradara.
Selain Acha, film ini juga dibintangi oleh Achmad Megantara, Budi Ros, Rizky Hanggono, serta sejumlah aktor pendukung lainnya.
Tantangan Produksi Lintas Negara
Produser Dewi Amanda dari Merak Abadi Productions mengungkapkan bahwa proyek Air Mata Mualaf membutuhkan waktu persiapan yang panjang sebelum akhirnya memasuki tahap produksi.
Bersama rumah produksi Suraya Filem, tim harus melakukan riset mendalam untuk memastikan cerita yang diangkat tetap otentik.
“Ini bukan proyek yang instan. Dari riset sampai proses syuting memakan waktu cukup lama, apalagi karena banyak adegan diambil di Australia,” kata Dewi Amanda.
Menurutnya, tantangan terbesar justru terletak pada pemilihan pemain utama.
Karena banyak adegan dilakukan di Sydney, tim sempat kesulitan mencari aktris yang tinggal di Australia agar proses produksi lebih efisien.
“Kami hampir sebulan melakukan seleksi. Dari beberapa pilihan, akhirnya kami sepakat bahwa Acha Septriasa adalah yang paling cocok. Selain punya kemampuan akting kuat, ia juga benar-benar memahami dinamika hidup di luar negeri,” jelas Dewi.
Selain tantangan teknis, film ini juga menuntut para pemain untuk menggali sisi emosional mendalam.
Banyak adegan yang menuntut Acha untuk tampil natural namun sarat makna spiritual.
Meski berjudul Air Mata Mualaf, film ini tidak semata-mata berbicara soal agama, melainkan tentang pencarian jati diri, pilihan hidup, dan makna keluarga.
“Film ini kami buat agar bisa dinikmati oleh semua penonton, tanpa melihat latar belakang agama. Intinya adalah cinta, kemanusiaan, dan penerimaan,” ujar Indra Gunawan.
Melalui film ini, Acha berharap penonton dapat lebih menghargai perjalanan batin seseorang dalam menemukan kedamaian hidup.
“Setiap orang punya prosesnya sendiri. Saya harap film ini bisa membuka hati banyak orang,” tuturnya.
Dengan perpaduan emosi, spiritualitas, dan sinematografi lintas budaya, Air Mata Mualaf siap menjadi salah satu film Indonesia yang paling menyentuh di penghujung tahun 2025. (*)