
POPNEWS.ID – Sebuah video berdurasi beberapa detik dari konser Coldplay menjelma menjadi krisis pribadi berkepanjangan bagi Kristin Cabot. Perempuan asal Amerika Serikat itu mendadak terseret pusaran perhatian global setelah kamera jumbotron konser menangkap momen dirinya berada dalam pelukan Andy Byron, atasannya di perusahaan teknologi Astronomer.
Tayangan singkat tersebut viral di TikTok pada Juli lalu dan mengubah hidup Kristin secara drastis.
Video itu menyebar cepat dan menembus lebih dari 100 juta penayangan hanya dalam hitungan hari. Alih-alih dipahami sebagai momen spontan di konser musik, cuplikan tersebut memicu spekulasi liar.
Ekspresi terkejut Kristin ketika menyadari wajahnya terpampang di layar raksasa justru menjadi bahan tafsir bebas warganet. Dari situlah gelombang komentar negatif mulai bermunculan dan berkembang menjadi serangan personal yang masif.
Konser Coldplay berubah menjadi mimpi buruk yang panjang
Kristin Cabot tidak hanya menjadi bahan perbincangan, tetapi juga sasaran penghukuman publik. Pengguna media sosial membongkar identitasnya, menyebarkan foto-foto pribadi, serta menguliti kehidupan rumah tangganya. Kolom komentar berubah menjadi ruang caci maki.
Kristin dicap dengan sebutan-sebutan merendahkan seperti “perusak rumah tangga” dan “matre,” tanpa memperhatikan konteks atau fakta yang sebenarnya.
Serangan itu meningkat menjadi doxing. Informasi pribadi Kristin, termasuk alamat rumah dan kebiasaan sehari-hari, tersebar luas di internet. Situasi tersebut memicu ancaman serius terhadap keselamatannya. Kristin mengaku menerima puluhan hingga ratusan pesan bernada intimidasi setiap hari, termasuk ancaman pembunuhan.
“Orang bisa melakukan kesalahan besar dalam hidup. Tapi tidak ada seorang pun yang pantas diancam akan dibunuh karena itu,” ujar Kristin dalam pernyataannya yang dikutip The New York Times, Jumat (19/12/2025).
Perhatian Publik Hantui Kehidupan Pribadi Kristin
Dalam wawancara eksklusif dengan The New York Times, Kristin untuk pertama kalinya angkat bicara secara terbuka sejak insiden konser Coldplay itu viral. Ia menceritakan bagaimana satu malam hiburan berubah menjadi tekanan psikologis yang berlangsung berbulan-bulan. Menurut Kristin, ia tidak pernah siap menghadapi skala perhatian publik yang datang secara tiba-tiba dan agresif.
Kristin memilih mundur dari jabatannya di Astronomer tak lama setelah video itu menyebar luas. Ia mengaku mengambil keputusan tersebut demi melindungi hal-hal yang paling penting dalam hidupnya. Fokus utamanya tertuju pada dua anak remajanya, kelangsungan pekerjaannya di masa depan, serta proses perceraian yang sedang ia jalani dengan suaminya.
Kristin Akui Kesalahan
Meski tagar #coldplaygate perlahan menghilang dari linimasa media sosial, dampaknya tidak pernah benar-benar pergi. Kristin menggambarkan dirinya sebagai lelucon publik sekaligus target kemarahan massal. Ia merasa dihakimi oleh jutaan orang yang tidak pernah mengenalnya dan tidak mengetahui situasi pribadinya.
Dalam wawancara tersebut, Kristin menegaskan bahwa ia sudah berpisah dari suaminya saat konser Coldplay berlangsung. Ia juga menyebut suaminya, yang akan segera resmi menjadi mantan, berada di konser yang sama pada malam itu. Pernyataan ini ia sampaikan untuk meluruskan narasi yang berkembang di media sosial.
Perempuan berusia 53 tahun itu mengaku tidak memiliki hubungan seksual dengan Andy Byron. Ia menyatakan bahwa ciuman pada malam konser tersebut merupakan yang pertama dan terjadi dalam kondisi ia telah mengonsumsi alkohol. Kristin secara terbuka mengakui kesalahannya.
“Saya membuat keputusan yang salah dan minum beberapa gelas alkohol High Noon, lalu berjoget dan bertindak tidak pantas dengan bos saya,” kata Kristin. “Saya bertanggung jawab atas kesalahan tersebut dan berhenti dari pekerjaan saya.”
Pengakuan Tidak Hentikan Teror
Namun, pengakuan itu tidak menghentikan teror. Kepada The New York Times, Kristin mengungkap bahwa pesan ancaman terus berdatangan. Salah satu pesan menyebutkan pelaku mengetahui lokasi tempat Kristin biasa berbelanja dan menuliskan ancaman, “Aku akan datang mencarimu.”
Ancaman tersebut berdampak langsung pada kondisi psikologis keluarganya. Kristin mengungkapkan ketakutan mendalam yang dirasakan anak-anaknya. “Anak-anak saya takut kalau saya akan mati dan mereka juga akan mati,” ujarnya.
Media melaporkan bahwa detail pribadi Kristin disebarluaskan secara online. Selama berminggu-minggu, ia menerima sedikitnya 600 panggilan telepon setiap hari. Paparazzi bahkan terlihat menunggu di luar rumahnya. Kristin mengaku menerima sekitar 50 hingga 60 ancaman pembunuhan selama periode tersebut.
Kehidupan Kristin Setelah Undurkan Diri dari Astronomer
Seiring waktu, intensitas serangan mulai mereda. Kristin menyebut keadaan perlahan membaik setelah ia berkonsultasi dengan psikolog. Ia mulai berani keluar rumah dan kembali menjalani aktivitas sederhana seperti bermain tenis, meski rasa cemas belum sepenuhnya hilang.
Setelah mengundurkan diri dari Astronomer, Kristin mencoba membangun kembali kariernya. Namun, upaya tersebut tidak berjalan mulus. Ia mengaku banyak perusahaan menolak lamarannya. Beberapa bahkan secara terang-terangan menyebut dirinya “tidak layak kerja” karena kontroversi yang melekat pada namanya.
Kisah Kristin Cabot menjadi gambaran nyata tentang dampak brutal viralitas di era digital. Sebuah momen singkat yang terekam kamera mampu menjelma menjadi krisis berkepanjangan, dengan konsekuensi nyata bagi kehidupan pribadi, keamanan, dan masa depan seseorang.
(Redaksi)