Hiburan

MTV Hentikan Siaran Musik Internasional Akhir 2025: Era Ikonik Berakhir di Tengah Dominasi Streaming

POPNEWS.ID – MTV akan menghentikan siaran musik internasionalnya pada akhir 2025 setelah lebih dari empat dekade menjadi pionir video musik global. Keputusan besar ini menandai berakhirnya salah satu ikon budaya pop paling berpengaruh dalam sejarah modern.



Para penggemar, mantan video jockey (VJ), hingga pelaku industri menyebut langkah tersebut sebagai akhir dari sebuah era yang pernah mendefinisikan arah musik, mode, dan gaya hidup anak muda di seluruh dunia.

MTV pertama kali mengudara pada 1981 dengan memutar video legendaris Video Killed the Radio Star.

Selama bertahun-tahun, saluran ini menjadi pusat revolusi musik visual. Namun, dominasi platform digital seperti YouTube dan TikTok membuat model televisi konvensional MTV kehilangan daya saing.

Transisi besar dalam pola konsumsi musik akhirnya memaksa Paramount Skydance, pemilik MTV, mengambil keputusan paling drastis sepanjang sejarah jaringan tersebut.

Paramount Skydance Mulai Menutup Jaringan Musik MTV di Berbagai Negara

Sejumlah media internasional melaporkan bahwa Paramount Skydance akan menutup beberapa saluran musik utama MTV, seperti MTV Music, MTV Hits, dan saluran khusus musik 80-an dan 90-an.

Penutupan ini terjadi di berbagai wilayah, termasuk Inggris, Prancis, Jerman, Polandia, Australia, dan Brasil.

Jaringan MTV sebelumnya menjangkau jutaan rumah tangga di seluruh dunia.

Namun, data Barb di Inggris menunjukkan bahwa pada Juli 2025, MTV Music hanya menjangkau 1,3 juta rumah tangga, jauh merosot dibandingkan lebih dari 10 juta rumah tangga pada tahun 2001.

Angka tersebut memperkuat alasan mengapa perusahaan melakukan restrukturisasi besar-besaran.

Keputusan ini juga muncul setelah Paramount Skydance melakukan efisiensi sejak merger awal 2025.

Perusahaan memutus hubungan kerja terhadap 1.000 karyawan, memangkas sejumlah biaya operasional, dan meninjau ulang keberlanjutan seluruh layanan televisi kabelnya.

Meski demikian, beberapa saluran musik MTV masih tetap mengudara di Amerika Serikat, sementara MTV HD di Inggris kini lebih fokus pada tayangan hiburan daripada musik.

Namun bagi banyak orang, perubahan itu tetap terasa menyakitkan. “Huruf ‘M’ berarti musik, dan itu sudah hilang,” keluh James Hyman, sutradara dan produser program musik dansa MTV Eropa era 1990-an.

Platform Digital Mengubah Cara Audiens Menikmati Musik

Pergantian era digital menjadi faktor terbesar di balik meredupnya kejayaan MTV. Kirsty Fairclough, profesor studi layar di Manchester Metropolitan University, menjelaskan bahwa inovasi yang membuat MTV revolusioner pada 1980-an tidak lagi relevan di era digital saat ini.

“Kebangkitan platform streaming seperti YouTube dan TikTok telah sepenuhnya mengubah cara kita berinteraksi dengan musik dan gambar,” ujarnya kepada AFP.

Ia menilai audiens modern menginginkan kedekatan dan interaktivitas, sesuatu yang tidak dapat diberikan oleh siaran televisi linear.

James Hyman merasakan hal serupa. “MTV sangat menarik saat itu karena semua orang menontonnya. Itu satu-satunya cara kami mengakses musik visual,” katanya.

Ia mengenang masa kejayaannya melalui acara Party Zone, program yang merayakan musik techno, house, dan trance, bersama VJ MTV Simone Angel.

Namun, sejak MTV Eropa dipecah ke dalam jaringan regional pada awal 2000-an dan fokus beralih ke reality show, atmosfer eksperimental MTV perlahan memudar.

Pergeseran konten itu menjadi tanda awal keruntuhan bagi para kreator di belakang layar.

Dari Eksperimen yang Berani ke Komersialisasi Penuh

Simone Angel, VJ ikonik MTV era 1990-an, menilai bahwa MTV kehilangan ruh utamanya ketika mulai menomorsatukan komersialisasi.

Bagi Angel, kekuatan MTV terletak pada keberaniannya bereksperimen, bukan pada pencarian keuntungan sebesar-besarnya.

“Awalnya MTV Eropa bukan hanya tentang menghasilkan uang. Semangat eksperimentasi itulah yang membuat saluran ini sangat menarik,” tegasnya.

Angel mengaku patah hati ketika MTV mulai dipecah ke jejaring regional dan perlahan meninggalkan format musik. Perubahan tersebut membuat ia yakin bahwa MTV sedang memasuki fase kemunduran panjang.

Dampak Budaya MTV Itu “Seismik”

MTV bukan sekadar saluran musik. Keberadaannya disebut memiliki dampak budaya yang “seismik”.

Fairclough menyebut penghentian siaran musik internasional MTV sebagai penanda berakhirnya suatu era besar dalam pengalaman visual musik.

“Ini jelas menandai berakhirnya sebuah era dalam cara musik dinikmati, baik secara visual maupun budaya, karena MTV benar-benar mengubah musik populer secara fundamental,” ujarnya.

MTV menjadi ruang kelahiran banyak momen ikonik.

Pemutaran perdana Thriller milik Michael Jackson, penampilan kontroversial Madonna dalam Like a Virgin pada MTV Video Music Awards (VMA) 1984, hingga lahirnya berbagai tren musik yang melejitkan artis di Inggris, Eropa, dan Amerika.

James Hyman bahkan menyimpan kaset VHS dari acara Party Zone sebagai pengingat masa keemasan MTV ketika musik menjadi pusat perhatian, bukan reality show atau drama remaja.

Penggemar Berharap Arsip MTV Dibuka Publik

Sejak kabar penghentian siaran musik MTV mengemuka, Hyman dan Angel berharap Paramount bersedia membuka arsip video mereka. Menurut keduanya, ribuan jam rekaman itu memiliki nilai sejarah dan budaya yang besar.

“Bagi saya, rasanya seperti MTV sudah lama berada dalam kondisi darurat,” ucap Angel.

Sekarang setelah mereka benar-benar mengancam akan menghentikannya, kami semua tiba-tiba menyadari bahwa ini terlalu berarti bagi kami.

Penutupan siaran musik MTV pada akhir 2025 akhirnya menegaskan perubahan besar dalam industri hiburan global.

Musik kini hidup di platform digital, bukan lagi di layar televisi. Namun, jejak MTV sebagai ikon budaya pop tetap melekat dalam ingatan jutaan orang yang pernah tumbuh bersama revolusi musik visual.

(Redaksi)

Show More
Back to top button